Jumat, 25 April 2008

India : Sang Macan Asia Selatan


Siapa tak kenal India. Negeri pengekspor film-film Bollywood yang sangat terkenal di seantero jagad ini, diam-diam telah berhasil melakukan revolusi besar di sektor industri manufaktur strategis. Di industri komponen misalnya, Bharat Forge melakukan gebrakan besar dengan mengincar sebuah perusahaan Jerman, menjadikannya kampiun industri komponen otomotif terbesar di dunia. Di industri yang lebih hulu, Tata Iron & Steel telah diakui sebagai salah satu produsen paling efisien, memasok baja khusus buat Toyota Motor, Hyundai Motor, dan raksasa multinasional lainnya.

Di sektor piranti lunak, kehebatan India juga tak terbantahkan. Prestasi Infosys sebagai jawara bisnis India pertama yang mencatatkan sahamnya di Nasdaq, menjadi trendsetter bagi perusahaan India lainnya. "Sekarang, ke mana pun pergi di India, kalau Anda bertanya kepada kalangan wirausahawan di negeri ini, mereka akan bilang,'Kami ingin seperti Infosys'," ujar Narayan Murthy dengan berapi-api.

Ucapan sang Chairman tersebut sepertinya hendak memberikan satu pesan yang jelas kepada dunia : Infosys pantas menjadi mahaguru yang banyak memberikan contoh-contoh keteladanan dan inspirasi yang menggelora di kalangan para pebisnis India. Sebagai orang tokoh nomor satu di Infosys, kepiawaian Murthy dalam mengomandani perusahaan yang didirikannya memang mengundang decak kagum.

Pasalnya, siapa yang menyangka Infosys akan sesukses seperti sekarang. Bisa kita bayangkan bagaimana pada masa-masa awal didirikan, Infosys tumbuh terseok-seok bak balita kekurangan gizi. Lahir di tengah minimya infrastruktur negara, kondisi kehidupan bisnis yang kering kerontang, stabilitas sosial politik yang serba tak menentu, serta kultur birokrasi pemerintahan yang terlanjur menggurita.

Kurangnya iklim yang kondusif membuat aliran investasi asing sulit diharapkan. Program Revolusi Hijau yang dilakukan India sama sekali tidak memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan iklim bisnis, bahkan hanya mendongkrak sedikit perekonomian nasional ketika diterapkan pada awal 1970-an.

Namun toh ditengah segala keterbatasan, rupanya tak mengendurkan ambisi besar Murthy untuk membawa perusahaan yang dirintisnya kelak menjadi ikon TI India yang bakal disegani di tingkat global. Maka tak heran kegemilangan Murthy mendapat pengakuan sebagai salah satu dari 25 pebisnis paling berpengaruh menurut versi majalah Time (2001). Infosys Technologies sendiri mencatat sejarah dengan menjadi perusahaan India pertama yang masuk kategori Global Most Admired Knowledge Enterprises ( MAKE ), bersanding dengan perusahaan-perusahaan besar kelas dunia lainnya seperti Nokia, General Electric (GE), Hewlett-Packard (HP), Accenture, Toyota Motor dan Microsoft.

Mengapa India yang infrastrukturnya carut marut dan sistem perekonomiannya yang kurang kondusif mampu melahirkan industri-industri bisnis kelas dunia ?

Jawabnya sederhana : India memiliki infrastruktur lunak yang luar biasa, berupa sistem pendidikan tinggi berkualitas dan terjangkau. India memang sangat concern dalam urusan pendidikan. Mereka sadar, faktor kunci peningkatan daya saing bangsanya hanya dapat ditopang bila India memiliki infrastruktur pendidikan berkualitas untuk melahirkan SDM terampil dan unggul. Sebut saja mereka memiliki Indian Institute of Technology ( IIT ) yang bereputasi internasional, Indian Institute of Science ( IISc ), All India Institute of Medical Sciences ( AIIMS ), atau National Institute of Technology ( NIT )yang masuk ke dalam jajaran 300 perguruan tinggi terbaik dunia. Untuk bidang manajemen, India juga memiliki sekolah bisnis terbaik ( Institute of Management )yang berlokasi di Ahmedabad dan para lulusannya banyak dilirik oleh kalangan multinasional.

Sudah semacam tradisi bahwa industrialis sukses India berkewajiban mendorong perkembangan pendidikan tinggi. Kesadaran untuk berkolaborasi membuat sistem pendidikan tinggi di India terintegrasi, atau Link & Match dengan laju perkembangan industri, baik nasional maupun internasional.

Modal infrastruktur inilah yang menyebabkan India mampu mencetak barisan tenaga terampil serta bernilai tambah tinggi. Salah satu kehebatan barisan tenaga terampil India adalah bahwa Huawei Technologies - raksasa telekomunikasi yang boleh dikatakan CYSCO nya Cina - merasa perlu mendirikan laboratorium riset dan pengembangan di Banglore.

Infrastruktur yang andal memang menjadi rahasia kebangkitan ekonomi dan daya saing bangsa. Namun India memberikan pelajaran berharga, bahwa dengan memiliki infrastruktur lunak yang hebat melalui pengembangan kualitas Brandpower SDM-nya, negara akan memiliki sumber daya Intangible Asset yang luar biasa dalam mendorong penciptaan nilai-nilai.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kegigihan Infosys...



0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda

Widget Animasi